28 Nov 2012

Dia datang kembali dan kita selamat

Kami baru selesai belajar PAK (Pendidikan Agama Kristen). Waktu sedang menutup kelas langit memang sudah agak gelap, angin juga mulai kencang. Setelah kelas ditutup tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, walau kemudian langit kembali terang. Ini "hujan panas," katanya bisa bikin sakit. Adik-adik itu jadi terhalang untuk pulang, dan akhirnya mereka menunggu di dalam gereja kecil kami itu.

Mereka saling bercanda sambil menunggu hujan reda. Tak ada wajah cemas, walau hujan sungguh deras. Barangkali berbeda dengan perasaan orangtua mereka di rumah, yang mungkin sedang berdoa demi keselamatan anak-anaknya.

Aku jadi teringat dengan soundtrack film Cinta Clarita, telenovela itu. "Apalagi yang kurang, kalau kau punya matahari dan udara?" Walau yang sekarang ini hujan, tapi tetap sajalah bersyukur. Karena walaupun kita terhalang untuk melakukan sesuatu karena hujan itu, tapi yang pasti itu menjadi berkat bagi orang lain yang membutuhkannya. Lagipula hujan merupakan satu dari sekian banyak alat kelengkapan demi kebahagiaan manusia yang dianugerahkan oleh Allah. Ya, kan?

Tapi yang sedang berputar di kepala saya bukan tentang hujan atau panas, melainkan perasaan orangtua yang menunggu kepulangan anaknya. Barangkali saya bisa pastikan kalau mereka cemas, apalagi yang pulang dengan sepeda motor. Jalanan licin, sementara itu adalah jalan lintas di mana mobil-mobil angkutan dan truk besar sering lewat. Pastilah, -kalau yang ini bisa dengan pasti saya pastikan- mereka berharap anaknya datang kembali dengan selamat.

Datang kembali dengan selamat. Kalau orangtua yang dinantikan, anak pasti berharap mereka datang kembali dengan selamat. Datang kembali dengan selamat, bagi orang-orang yang kita kasihi dan cintai. Keselamatan mereka adalah harapan dan sukacita kita. Tapi situasinya? Ya, kita sedang menanti berjumpa dan melihat mereka selamat, ada kecemasan, namun setelah berjumpa barulah kita bersukacita. Dan berpengharapan dalam Tuhan itu indah dan melegakan.

Nah, sekarang bagaimana sifatnya penantian akan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali? Apa kita berharap supaya Dia datang kembali dengan selamat? Tentu tidak, sebab Dia adalah Juruselamat. Apakah kita mencemaskan Dia, atau kita yang sebaiknya mencemaskan diri kita sendiri demi kedatanganNya?

Ya, kita tidak perlu mencemaskan Dia yang akan datang. Justru kita yang perlu cemas, bilamana Dia datang, tentang bagaimana kita ketika waktunya tiba. Tapi yang pasti, tentang pengharapan dan penantian ini bagi orang percaya bukan "datang kembali dengan selamat," melainkan "datang kembali dan selamat." Tidak ada kecemasan. Dia datang kembali dan kita selamat. Itulah yang kita nantikan. Semoga pengharapan kita hidup dan penantian kita penuh dengan kesetiaan.

Selamat memasuki dan menjalani masa Advent mulai minggu depan.

Mazmur 118:1, "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."

Sent from my Nokia phone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.