25 Jan 2013

Harapan Tak 'Kan Hilang

Kamis, 24 Januari 2013
Masuk Minggu Septuagesima
Bahan PA dari Ratapan 3 : 22 - 26

Si Marnohop merasa bahwa dia tidak dekat dengan Tuhan. Mungkin Tuhan tidak memandangnya sebab dia tidak memiliki minat atau kelebihan apapun dibanding dengan teman-temannya. Dia pernah mendengar gurunya berkata, "Anak-anak yang sangat baik mendapat perhatian dari pihak sekolah, demikian juga dengan anak-anak yang sangat nakal." Dia berpikir Tuhan juga demikian, mungkin anak-anak yang sangat baik berada di hati Tuhan dan anak-anak yang sangat nakal berada di depan mata-Nya. Dia menjalani hari begitu saja, jarang sekali berdoa kecuali di depan keluarga atau teman-temannya. Dia jarang sekali mengadukan persoalannya kepada siapapun, apalagi kepada Tuhan. Si Marnohop hopeless. Mungkin dia anggap dirinya seperti benda-benda yang dipakai manusia yang bila tiba saatnya rusak akan dibuang, untung-untung disimpan jadi barang antik. Hidup untuk mati.

Pada zaman ini mungkin saja semakin banyak manusia yang berpikiran seperti si Marnohop. Apalagi setelah manusia mengenal kata instan. Ya, sekarang adalah zaman instan. Semua orang butuh cepat dan kecepatan. Barangkali secepat menyajikan mie instan. Ketika seseorang memohonkan sesuatu dari Tuhan, tanpa ia sadari ada dorongan keinginan agar Tuhan menjawabnya dengan instan, dengan cepat secepat Google memberi jawaban. Penantian manusia ada batasnya, demikian juga dalam menantikan jawaban Tuhan atas doa dan permohonan. Setelah sekian waktu menantikan maka harapan akan terkikis dan hilang. Lahirlah si Marnohop yang baru.

Pertanyaannya, benarkah Tuhan begitu cuek seperti yang dirasakan si Marnohop? Kita semua tahu dan percaya bahwa Tuhan tidak mungkin cuek, tidak mungkin tidak peduli dengan manusia sebagai ciptaan yang dikasihiNya. Bahkan Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa manusia adalah sahabat Tuhan, yang diciptakan seturut dengan rupaNya sendiri. Tentu saja kita adalah istimewa bagiNya, dan kita lebih baik percaya. Lalu kenapa Tuhan terkesan begitu cuek kepada si Marnohop, yang mana doa dan permohonannya lama sekali bahkan jarang dikabulkan?

Sebenarnya roh zaman telah mempengaruhi pola hubungan manusia dengan Allah. Roh instanisme dan materialisme telah mengubah pandangan manusia kepada benda fana. Ketika seseorang memohonkan sesuatu maka perhatiannya sepenuhnya akan berada pada apa yang dia harapkan bukan kepada Tuhan lagi. Pola telah berubah, harapan-harapan manusia telah menggantikan posisi Tuhan dalam hidupnya. Sebaiknya kita menjadi seperti petani yang setia berdoa dan berharap pada rahmat Tuhan setelah dia menanam benih padinya. Sebab seorang petani tidak punya kuasa apapun untuk menumbuhkan benihnya, selain daripada menanam dan merawatnya (bnd. 1 Kor. 3:6).

Sebaiknya kita percaya, lebih daripada doa dan permohonan kita Tuhan memelihara hidup kita. Setiap pagi kita mendapati kehidupan yang baru, dan setiap kali itu kita tahu bahwa Tuhan setia akan rahmatNya. Setiap pagi kita tahu, bahwa permohonan kita sedang dipertimbangkan untuk menjadi kebaikan yang bukan hanya bagi kita tetapi baik juga bagi orang lain. Sebab Tuhan mengasihi kita secara pribadi namun tidak melepaskannya dari kehidupan sosial kita. Namun walaupun demikian, dengan memelihara permohonan kita Tuhan menjaga kita tetap hidup. Sebab harapan membuat kita tetap hidup jika kita setia di dalamnya: "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan."