15 Nov 2012

Hijrah dan Metanoia: energi untuk transformasi sosial

Hijrah dan Metanoia: energi untuk transformasi sosial

Dari sebuah artikel di kompasiana.com yang ditulis oleh seorang kompasianer, Sri Endang Susetiawati, saya membaca kisah hijrahnya Muhammad SAW.1 Dikatakan di sana, peristiwa hijrah (yang kemudian diingat dan disebut dengan peristiwa Hijriah) merupakan proses berpindahnya Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Perpindahan itu digambarkan oleh penulis dengan mengatakan, "Pada awal-awal kelahirannya, ajaran Islam memang merupakan ajaran konkret yang dinamis atas sebuah gagasan mengenai sistem masyarakat baru yang adil dan beradab."

'Sistem masyarakat yang baru' tentu berarti adanya perubahan bentuk (sistem nilai, kultur, ideologi dsb.) dari bentuk yang lama yang dianut. Dari penjelasan penulis di halaman komentar, bahwa spirit hijrah termasuk juga dalam hal perubahan sosial. Terang sekali, misi Hijrah adalah perubahan tata kehidupan yang diharapkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan bentuk sebelumnya.

Ada komentar yang memperluas makna hijrah, demikian di antaranya:2

Putu Suardana | 15 November 2012 | 07:52:15
Selamat! Mbak Sri,
saya kira pengertian/makna Hijrah lebih lebih luas dari yang saya bayangkan dan memberikan kesadaran ummat dalam kontak sosial lebih baik untuk membangun peradaban yang lebih baik, menghindari benturan antar ummat sebangsa senasib dalam berbangsa dan bernegara

reply

Sri Endang Susetiawati | 15 November 2012 | 08:21:45
Betul. Ada persamaan (irisan) prjuangan nilai2 universal antar berbagai umat beragama, antar sesama warga sebangsa, antar ssama umat manusia, untuk slg menghargai, hdp rukun, damai dan sejahtera.

Terima kasih Pak Putu.
Salam persahabatan

reply

Deqz | 15 November 2012 | 08:14:06
Hijrah –> Mutasi secara totalitas dengan cara yang baik; perilaku, tutur kata, sistem, bahkan tempat, jika itu memang menjadi solusi yang baik untuk peradaban yang menjunjung tinggi toleransi dan perdamaian antar sesama makhluk Tuhan

. . .

Artinya, hijrah merupakan sebuah proses perubahan, yang barangkali bisa dipahami juga dengan kaitannya dengan rites de passage (istilah yang diajarkan oleh dosen mata kuliah Agama Islam dulu :)). Rites de passage contohnya yaitu proses perubahan dari muslim biasa menjadi seorang muslim yang sudah menunaikan rukun kelima, menjadi seorang Haji.

Perubahan itu membenangmerahi suatu kondisi empiris dengan kepribadian manusia-manusianya. Mau tidak mau suatu perubahan (tata kehidupan) berkaitan dengan perubahan integritas manusianya. Situasi kehidupan tidak akan berubah jika manusia sebagai oknum 'penggeraknya' tidak melakukan perubahan yang relevan di dalam dirinya sendiri. Ibarat gelas yang tidak akan berisi jika manusianya tidak merasa haus dan mengisi gelasnya agar ia dapat minum dari situ.

Sebuah keputusan untuk berubah (tentang eksistensi suatu kultur maupun personalitas) dapat juga disebut dengan hijrah. Seperti yang dikutip oleh Heri Supriyanto yang mengulas sekilas pandangan Dr. Quraish Shihab,3 konsep hijrah itu mencakup aspek fisik dan non-fisik. Secara fisik tentu saja perpindahan Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, dan secara non-fisik maksudnya semangat transformasi sosial di tempat baru. Semangat itu ingin meninggalkan tempat lama yang jahat dan ingin membangun yang baik di tempat yang baru. Dari jahat (jahiliyah) menjadi baik (saya tidak tahu antonim dari jahiliyah dalam bahasa Arab :)).

Dalam kekristenan, wacana perubahan yang dijelaskan di atas bisa dikaitkan secara langsung dengan metanoia. Metanoia sebagai term iman memiliki makna yaitu 'berbalik arah' sama sekali, meninggalkan sama sekali cara hidup yang lama. Inilah yang disebut dengan pertobatan. Jika hijrah menurut Heri Supriyanto mencakup fisik dan non-fisik, maka metanoia benar-benar suatu keputusan untuk mengubah diri sendiri demi menyadari keberdosaannya.

Semangat metanoia ini biasanya muncul secara lebih besar di Masa Paskah dalam Tahun Liturgi Gerejawi. Dengan mengenang penderitaan Kristus maka orang-orang yang mengimani dan mangamininya akan merasa hatinya tersayat karena telah menyia-nyiakan dan tidak menghargai serta menghormati pengorbanan di salib itu. Spiritualitas Masa Paskah sangat menolong umat Kristen untuk menghayati kembali pengorbanan Kristus dan menyadari kealpaannya dalam menjalankan panggilan iman. Itulah di dalam kekristenan, sehingga peristiwa itu menggiring lagi orang ke sebuah pertobatan (metanoia/hijrah).

Lalu menurut saya, hijrah (dalam arti non-fisik) dan metanoia adalah dua kata yang memiliki semangat yang sama bagi penganutnya. Semangat itu mengantar umat kepada sebuah pertobatan, semangat untuk hijrah (berpindah) dari keadaan diri yang alpa terhadap perintah Yang Mahakuasa lalu menjadi umat yang taat. Umat yang bekerja keras untuk membangun suatu peradaban sosial yang baik, tak menciptakan benturan-benturan yang menyia-nyiakan energi, mutasi secara total dalam prilaku.

Sehingga saya ingin juga mengatakan, bagaimanapun interpretasi terhadap dua kata ini, hijrah/hijriah dan metanoia, tidak perlu dicari-cari celahnya untuk menemukan peluang untuk saling menyerang. Seperti yang dapat disaksikan dimana-mana, banyak pandangan kepercayaan antar-agama ditabrakkan dengan emosional, sehingga menyulut pertengkaran yang sia-sia. Namun kiranya "hijrah" dan "metanoia" menjadi sumber energi bagi umat manusia demi perubahan sosial yang kita harapkan, penuh kedamaian dan ketenteraman. Kiranya ini bukan semata-mata ekspektasi yang utopis. Selamat menyelami semangat "hijrah" dan "metanoia" bagi kita semua.

Dan terkhusus bagi teman-teman yang beragama Islam:
Selamat Tahun Baru Islam 1434 H.


1 http://m.kompasiana.com/post/sejarah/2012/11/15/hijrah-itu-perjuangan-revolusioner/
2 http://m.kompasiana.com/comments/50a434cac34872067100d579
3 http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2012/11/15/mari-hijrah-menuju-peradaban-madani/
Sent from my Nokia phone

2 komentar:

  1. Luar biasa. Selalu ada titik temu dlm spirit agama2 di dunia. Maka, carilah titik2 temu itu untuk dpt hidup berdampngan, toleransi, saling menghargai, dan melakukan kerja2 kemanusiaan secara bersama.

    Dlm Islam istilahnya "kalimah al-sawa", atau titik temu pandangan antar berbagai pandangan ygb berbeda. Dlm konteks Indonesia, kalimah al sawa itu adalah Pancasila.

    Sekedar share:
    http://www.srie.org/2011/11/ensiklopedi-al-quran-islam-8-pasal-29.html

    Terima kasih, artikel saya tlh ikut menginspirasi jd tulisan baru.

    Salam persahabatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims, mbak Srie. Mudah-mudahan ke depannya lebih banyak pemikiran yang berjiwa hijrah/metanoia itu supaya bisa hidup berdampingan dengan tenteram dan damai. Ya nanti saya akan singgah ke linknya. Trims :)

      Hapus

Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.