Kalau kita melihat arti kata “kasih” di kamus bahasa
Indonesia, maka kita akan menemukan dua paralel arti kata tersebut. Yang
pertama berarti perasaan sayang (cinta), dan yang kedua berarti beri/memberi.
Kombinasi dua pengertian dari satu kata “kasih” ini sangat unik dan memberi
pengertian yang lengkap, yaitu kira-kira bisa kita padukan perasaan sayang
(cinta) yang mengarahkan orang untuk memberi. Kasih mestilah menjadi
mengarahkan untuk memberi, namun memberi belum tentu berdasar atas kasih. Kasih
yang kita pahami, yaitu pengertian kasih yang hidup dalam tradisi kekristenan
kita, adalah perpaduan dari kedua pengertian tersebut. Sumber kasih kita adalah
kasih Allah (lihat 1 Yoh. 4:19).
Kalau kita lihat lagi arti kata “hikmat,” tertulis di
kamus sebagai kearifan dan kebijakan. Hikmat adalah suatu kemampuan manusia
yang tidak dapat dipelajari, namun diperoleh dengan benar-benar “diperoleh.”
Artinya hikmat diperoleh bukan di sekolah atau di tempat-tempat belajar yang
lain. Orang Batak menggambarkan hikmat (bisuk)
barangkali bisa dengan umpama: mata guru, roha sisean. Hikmat juga
berasal dari Allah (lihat Ams. 2:6; 9:10; 15:3; Mzm. 111:10). Hikmat tidak
dipelajari, tetapi dibisikkan oleh
Allah sendiri, seperti diberitakan dalam Mzm. 51:8, sebab memang hikmat adalah
“kemampuan manusia mengenal kehendak Allah” (lihat Yak. 3:13-18).
Kasih dan hikmat adalah tema yang sangat populer bagi
umat Kristen. Bahkan bisa dikatakan, kasih dan hikmat adalah termasuk ke dalam
tema utama, kasih dan hikmat Allah melalui PuteraNya. Sebab melalui PuteraNya
kita menyaksikan kasih yang begitu dalam dan berhikmat dari Allah sendiri (lihat
Kristus adalah kasih Allah dalam Rm. 8:39; Ef. 1:5; 2 Tim. 1:9; Kristus adalah
hikmat Allah dalam Rm. 16:27; 1 Kor. 1:24, 30;).
Dari pengakuan di atas maka kita mesti sampai pada
kesimpulan bahwa kasih dan hikmat ada pada Allah melalui Yesus Kristus. Dengan
demikian, jika kita ingin memiliki kasih dan hikmat maka kita hendaknya tinggal
(hidup) dalam Kristus. Tinggal atau hidup dalam Kristus berarti menghidupi
ajaran Kristus dengan benar dan sungguh-sungguh. Menghidupi berarti mengalami.
Mengalami memang lebih baik untuk mengajar daripada mengenal saja. Mengalami
Kristus, atau pengalaman bersama Kristus, itulah ajaran sejati kita. Setiap
kita mestinya menyadari pengalaman kebersamaan dengan Kristus.
Bagaimana bentuk pengalaman bersama Kristus? Dalam Alkitab
dan tradisi gereja ada disebut misteri Kristus (hahomion ni Kristus). Pengalaman itu ada dalam pelayanan Baptisan
dan Perjamuan Kudus seperti yang diperintahkanNya, kebaktian Minggu dan
pelayanan khusus lainnya. Kurban persembahan, kurban bakaran, kurban penebusan
dosa dan bentuk kurban yang lain dalam Perjanjian Lama, adalah undangan Allah
sendiri agar umat manusia berdosa boleh mendekat. Kristus adalah Anak Domba
Allah, kurban penghapusan dosa sekali untuk selama-lamanya (lihat Ibr. 9:12 dan
di bagian lain dalam Alkitab). Dia bertindak sebagai kurban persembahan
sehingga kita manusia berdosa boleh mendekat kepada Allah, kepada Yang
Mahakudus dalam kondisi keberdosaan kita. PekerjaanNya itu adalah misteri bagi
kita, sebab tak terselami dan tak dapat dicapai dengan pikiran manusia.
Dengan mengikuti alur (liturgi) kebaktian Minggu
sebenarnya kita bisa merasakan dan mengalami kebersamaan dengan Kristus,
pengorbanan, kasih dan hikmatNya. Mulai dari Votum hingga Berkat, semuanya ada
dalam ranah misteri Kristus yang melayakkan kita manusia berdosa masuk ke dalam
persekutuan dengan Allah dan menerima anugerah keselamatan. Setiap bagian dalam
liturgi memiliki makna masing-masing yang saling terkait dan meneguhkan
pengenalan dan pengalaman kita bersama Allah Tritunggal. Misteri itu tak selalu
dapat diungkapkan dengan kata-kata, namun dapat disentuh dengan melodi yang
indah dan berwibawa. Itulah sebabnya kita juga melagukan puji-pujian kita. Karena
itu, adalah sangat baik jika lagu-lagu dalam Kidung Jemaat atau Buku Ende
dinyanyikan dengan benar. Atau paling tidak dengan sungguh-sungguh, karena
memang tidak semua orang memiliki kemampuan (akurasi) dalam membaca not.
Bahan PA kali ini kita batasi dalam pengalaman bersama
Kristus dalam setiap kebaktian, sebab pengalaman kebersamaan itulah yang
menentukan karakter kristiani kita. Pengalaman bersama Kristus juga menolong
kita untuk mengenal diri sendiri, membentuk sikap dalam interaksi dengan
sesama, dan mendorong untuk lebih berkarya dalam kehidupan. Itulah karakter
kristiani yang kasih serta berhikmat, yang kiranya dapat menolong kita memahami
kehendak Allah, seperti dalam Yer. 9:23-24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.