6 Jul 2013

Bahan PA Naposobulung Yeremia 9:23-24 Hidup dalam kasih dan hikmat = hidup dalam Kristus


Kalau kita melihat arti kata “kasih” di kamus bahasa Indonesia, maka kita akan menemukan dua paralel arti kata tersebut. Yang pertama berarti perasaan sayang (cinta), dan yang kedua berarti beri/memberi. Kombinasi dua pengertian dari satu kata “kasih” ini sangat unik dan memberi pengertian yang lengkap, yaitu kira-kira bisa kita padukan perasaan sayang (cinta) yang mengarahkan orang untuk memberi. Kasih mestilah menjadi mengarahkan untuk memberi, namun memberi belum tentu berdasar atas kasih. Kasih yang kita pahami, yaitu pengertian kasih yang hidup dalam tradisi kekristenan kita, adalah perpaduan dari kedua pengertian tersebut. Sumber kasih kita adalah kasih Allah (lihat 1 Yoh. 4:19).

Kalau kita lihat lagi arti kata “hikmat,” tertulis di kamus sebagai kearifan dan kebijakan. Hikmat adalah suatu kemampuan manusia yang tidak dapat dipelajari, namun diperoleh dengan benar-benar “diperoleh.” Artinya hikmat diperoleh bukan di sekolah atau di tempat-tempat belajar yang lain. Orang Batak menggambarkan hikmat (bisuk) barangkali bisa dengan umpama: mata guru, roha sisean. Hikmat juga berasal dari Allah (lihat Ams. 2:6; 9:10; 15:3; Mzm. 111:10). Hikmat tidak dipelajari, tetapi dibisikkan oleh Allah sendiri, seperti diberitakan dalam Mzm. 51:8, sebab memang hikmat adalah “kemampuan manusia mengenal kehendak Allah” (lihat Yak. 3:13-18).

Kasih dan hikmat adalah tema yang sangat populer bagi umat Kristen. Bahkan bisa dikatakan, kasih dan hikmat adalah termasuk ke dalam tema utama, kasih dan hikmat Allah melalui PuteraNya. Sebab melalui PuteraNya kita menyaksikan kasih yang begitu dalam dan berhikmat dari Allah sendiri (lihat Kristus adalah kasih Allah dalam Rm. 8:39; Ef. 1:5; 2 Tim. 1:9; Kristus adalah hikmat Allah dalam Rm. 16:27; 1 Kor. 1:24, 30;).

Dari pengakuan di atas maka kita mesti sampai pada kesimpulan bahwa kasih dan hikmat ada pada Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian, jika kita ingin memiliki kasih dan hikmat maka kita hendaknya tinggal (hidup) dalam Kristus. Tinggal atau hidup dalam Kristus berarti menghidupi ajaran Kristus dengan benar dan sungguh-sungguh. Menghidupi berarti mengalami. Mengalami memang lebih baik untuk mengajar daripada mengenal saja. Mengalami Kristus, atau pengalaman bersama Kristus, itulah ajaran sejati kita. Setiap kita mestinya menyadari pengalaman kebersamaan dengan Kristus.

Bagaimana bentuk pengalaman bersama Kristus? Dalam Alkitab dan tradisi gereja ada disebut misteri Kristus (hahomion ni Kristus). Pengalaman itu ada dalam pelayanan Baptisan dan Perjamuan Kudus seperti yang diperintahkanNya, kebaktian Minggu dan pelayanan khusus lainnya. Kurban persembahan, kurban bakaran, kurban penebusan dosa dan bentuk kurban yang lain dalam Perjanjian Lama, adalah undangan Allah sendiri agar umat manusia berdosa boleh mendekat. Kristus adalah Anak Domba Allah, kurban penghapusan dosa sekali untuk selama-lamanya (lihat Ibr. 9:12 dan di bagian lain dalam Alkitab). Dia bertindak sebagai kurban persembahan sehingga kita manusia berdosa boleh mendekat kepada Allah, kepada Yang Mahakudus dalam kondisi keberdosaan kita. PekerjaanNya itu adalah misteri bagi kita, sebab tak terselami dan tak dapat dicapai dengan pikiran manusia.

Dengan mengikuti alur (liturgi) kebaktian Minggu sebenarnya kita bisa merasakan dan mengalami kebersamaan dengan Kristus, pengorbanan, kasih dan hikmatNya. Mulai dari Votum hingga Berkat, semuanya ada dalam ranah misteri Kristus yang melayakkan kita manusia berdosa masuk ke dalam persekutuan dengan Allah dan menerima anugerah keselamatan. Setiap bagian dalam liturgi memiliki makna masing-masing yang saling terkait dan meneguhkan pengenalan dan pengalaman kita bersama Allah Tritunggal. Misteri itu tak selalu dapat diungkapkan dengan kata-kata, namun dapat disentuh dengan melodi yang indah dan berwibawa. Itulah sebabnya kita juga melagukan puji-pujian kita. Karena itu, adalah sangat baik jika lagu-lagu dalam Kidung Jemaat atau Buku Ende dinyanyikan dengan benar. Atau paling tidak dengan sungguh-sungguh, karena memang tidak semua orang memiliki kemampuan (akurasi) dalam membaca not.


Bahan PA kali ini kita batasi dalam pengalaman bersama Kristus dalam setiap kebaktian, sebab pengalaman kebersamaan itulah yang menentukan karakter kristiani kita. Pengalaman bersama Kristus juga menolong kita untuk mengenal diri sendiri, membentuk sikap dalam interaksi dengan sesama, dan mendorong untuk lebih berkarya dalam kehidupan. Itulah karakter kristiani yang kasih serta berhikmat, yang kiranya dapat menolong kita memahami kehendak Allah, seperti dalam Yer. 9:23-24. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.