3 Feb 2013

Tenang dan tenteram mendoakan orang lain



Kamis, 31
 Januari 2013
Masuk Minggu Sexagesima
Bahan PA dari 1 Timotius 2 : 1 - 6

                Bersediakah kita mendoakan orang yang telah melukai perasaan atau bahkan mencelakai kita? Jika kita mendengar berita tentang suatu kejahatan atau kekerasan terjadi pada saudara-saudara seiman kita di tempat lain, barangkali kita dengan segera mendoakan para pelaku kepada Bapa di sorga. Kita memohon agar para pelaku dapat segera mengenal kedamaian dalam hatinya. Namun jika kita mengalami sesuatu yang terjadi secara langsung pada diri kita sendiri, terhadap perasaan kita, mungkin butuh waktu agar kita bisa mendoakannya. Kita dengan sukarela mengambil jarak dari kedamaian dengan cara membenci, mengingat-ingat kesalahan orang lain, atau bahkan memelihara dendam!
*****
Rasul Paulus memberikan Timotius tugas dalam pelayanannya. Pertama-tama Timotius dinasihatkan untuk berdoa syafaat: mendoakan semua orang dan mengucap syukur atasnya, termasuk kepada raja-raja dan pembesar-pembesar. Tujuannya adalah “agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” Sebab itulah yang baik dan berkenan kepada Allah: tenang, tenteram, saleh dan terhormat.
                Namun bagaimana mendoakan orang lain (doa syafaat) dapat membuat kita hidup tenang dan tenteram dalam kesalehan dan kehormatan? Pertama-tama, Paulus menasihatkan hal ini kepada Timotius untuk menentang ajaran Yahudi dan Gnostisime yang membatasi keselamatan hanya untuk satu kaum saja. Sementara kehendak Allah adalah agar semua orang beroleh keselamatan dengan memiliki pengetahuan akan kebenaran. Semua orang termasuk para raja dan pembesar didoakan agar mengenal pengetahuan akan kebenaran sehingga kehidupan sosial dapat berjalan dalam damai dan pemerintahan dapat memelihara damai sejahtera. Itulah kehendak Allah atas dunia ini.
                Karena itu berdoa untuk orang lain sangat penting dan menjadi tugas kita sebagai satu jalan demi terjadinya kehendak Bapa di dunia ini. Bukankah kita disuruh untuk membawa kedamaian dan berita kesukaan bagi seluruh umat manusia? Bukankah kita ingin agar Darah Kristus yang kudus dan berkuasa itu turut juga menyelamatkan orang-orang lain? Nah, agar kita tidak menjadi “orang buta menuntun orang buta,” hendaknya kita lebih dahulu memberanikan diri mendoakan orang lain sehingga kita sampai pada tingkat kehidupan yang memiliki dan merasakan kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kesalehan dan kehormatan itu.
*****
Maka kita haruslah lebih dahulu hidup di dalamnya. Itu tidak kita dapatkan dari luar, melainkan anugerah yang indah dari Bapa di sorga ke dalam hati kita yang terdalam. Ketenteraman itu kita terima ketika kita mampu hidup dalam kasih Kristus yang penuh rahmat. Kita seharusnya tidak membiarkan kebencian dan dendam serta amarah menghalangi kita untuk menyentuh rahmat yang sudah tersedia itu.
                Membenci atau menaruh dendam kepada orang lain sebenarnya adalah doa dan harapan agar orang itu tidak beroleh keselamatan: di dunia dan di akhirat. Ini bukan hal yang dikehendaki oleh Allah, dan kita menantang Yang Mahakuasa jika kita membenci dan memelihara dendam. Perdamaian membuat hidup kita tenang dan tenteram, mendorong kesalehan hidup dan memberi kehormatan. Inilah isi dari damai sejahtera yang menjadi kehendak Allah.
*****
Sekilas tentang doa
                Kita sudah mendengar tentang doa adalah nafas kehidupan orang Kristen, bahkan sejak kanak-kanak. Sebenarnya apa maksud yang hendak disampaikan perkataan itu? Nafas, atau dalam bahasa Ibrani vpn nefesy berarti angin, nafas, dan juga roh. Angin, nafas dan roh memiliki kesamaan dalam cara beradanya: tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Karena itu doa adalah roh manusia, sehingga orang Kristen yang tidak berdoa adalah orang yang tidak bernafas, tidak memiliki roh: manusia hidup yang sebenarnya mati!
                Doa membuat orang hidup, dan sebaliknya tanpa doa orang tidak hidup. Sebab doa adalah puncak dari bakti dan pujian serta penyampaian harapan kepada Allah Sumber Kehidupan. Doa merupakan perbuatan tertinggi (bakti) yang dapat dilakukan oleh roh manusia. Ini merupakan persekutuan dengan Allah selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24; bnd. Kej. 2:7). Kita percaya bahwa doa hanya dilakukan oleh roh, sebab “apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari roh, adalah roh” (Yoh. 3:6). Karena itu doa merupakan kegiatan roh dan ketika kita berdoa kita harus yakin bahwa roh kita sedang membangun hubungan yang lebih intim dan sangat dekat dengan Allah yang adalah Roh. Itulah sebabnya Roma 8:26 mengatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan.”
Oleh karena itu, doa adalah benar hidup orang percaya, digambarkan sebagai nafas dan bertindak di dalamnya roh kita sendiri yang ditolong oleh Roh Allah. Lalu bagaimana jasmani kita bisa menembus dunia roh itu? Ini ditunjukkan dalam sikap yang diam, hening dan penuh hormat sebab roh kita sedang “terhubung” dengan Roh Yang Mahakudus. Doa melibatkan seluruh kegiatan jasmani kita, sebab seluruh gerak-gerik tubuh kita menunjukkan apa yang sedang terjadi “di dalam” kita. Adalah baik dan benar dan penuh hormat apabila kita diam dan hening ketika roh kita berbicara kepada Yang Mahakudus. Begitupun keseluruhan hidup kita adalah baik dan benar untuk tetap tenang, tenteram, saleh dan terhormat serta penuh hormat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.