Kamis, 31 Januari 2013
Masuk Minggu Sexagesima
Bahan PA dari 1 Timotius 2 : 1 - 6
Bersediakah kita mendoakan orang yang telah melukai perasaan atau bahkan
mencelakai kita? Jika kita mendengar berita tentang suatu kejahatan atau
kekerasan terjadi pada saudara-saudara seiman kita di tempat lain, barangkali
kita dengan segera mendoakan para pelaku kepada Bapa di sorga. Kita memohon
agar para pelaku dapat segera mengenal kedamaian dalam hatinya. Namun jika kita
mengalami sesuatu yang terjadi secara langsung pada diri kita sendiri, terhadap
perasaan kita, mungkin butuh waktu agar kita bisa mendoakannya. Kita dengan
sukarela mengambil jarak dari kedamaian dengan cara membenci, mengingat-ingat
kesalahan orang lain, atau bahkan memelihara dendam!
*****
Rasul Paulus memberikan Timotius
tugas dalam pelayanannya. Pertama-tama Timotius dinasihatkan untuk berdoa
syafaat: mendoakan semua orang dan mengucap syukur atasnya, termasuk kepada
raja-raja dan pembesar-pembesar. Tujuannya adalah “agar kita dapat hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” Sebab itulah yang baik dan
berkenan kepada Allah: tenang, tenteram, saleh dan terhormat.
Namun bagaimana mendoakan orang lain (doa syafaat) dapat membuat kita hidup
tenang dan tenteram dalam kesalehan dan kehormatan? Pertama-tama, Paulus
menasihatkan hal ini kepada Timotius untuk menentang ajaran Yahudi dan
Gnostisime yang membatasi keselamatan hanya untuk satu kaum saja. Sementara
kehendak Allah adalah agar semua orang beroleh keselamatan dengan memiliki
pengetahuan akan kebenaran. Semua orang termasuk para raja dan pembesar
didoakan agar mengenal pengetahuan akan kebenaran sehingga kehidupan sosial
dapat berjalan dalam damai dan pemerintahan dapat memelihara damai sejahtera.
Itulah kehendak Allah atas dunia ini.
Karena itu berdoa untuk orang lain sangat penting dan menjadi tugas kita
sebagai satu jalan demi terjadinya kehendak Bapa di dunia ini. Bukankah kita
disuruh untuk membawa kedamaian dan berita kesukaan bagi seluruh umat manusia?
Bukankah kita ingin agar Darah Kristus yang kudus dan berkuasa itu turut juga
menyelamatkan orang-orang lain? Nah, agar kita tidak menjadi “orang buta
menuntun orang buta,” hendaknya kita lebih dahulu memberanikan diri mendoakan
orang lain sehingga kita sampai pada tingkat kehidupan yang memiliki dan
merasakan kedamaian, ketenangan, ketenteraman, kesalehan dan kehormatan itu.
*****
Maka kita haruslah lebih dahulu
hidup di dalamnya. Itu tidak kita dapatkan dari luar, melainkan anugerah yang
indah dari Bapa di sorga ke dalam hati kita yang terdalam. Ketenteraman itu
kita terima ketika kita mampu hidup dalam kasih Kristus yang penuh rahmat. Kita
seharusnya tidak membiarkan kebencian dan dendam serta amarah menghalangi kita
untuk menyentuh rahmat yang sudah tersedia itu.
Membenci atau menaruh dendam kepada orang lain sebenarnya adalah doa dan
harapan agar orang itu tidak beroleh keselamatan: di dunia dan di akhirat. Ini
bukan hal yang dikehendaki oleh Allah, dan kita menantang Yang Mahakuasa jika
kita membenci dan memelihara dendam. Perdamaian membuat hidup kita tenang dan
tenteram, mendorong kesalehan hidup dan memberi kehormatan. Inilah isi dari
damai sejahtera yang menjadi kehendak Allah.
*****
Sekilas
tentang doa
Kita sudah mendengar tentang doa adalah nafas kehidupan orang Kristen, bahkan
sejak kanak-kanak. Sebenarnya apa maksud yang hendak disampaikan perkataan itu?
Nafas, atau dalam bahasa Ibrani vpn nefesy berarti angin, nafas, dan juga
roh. Angin, nafas dan roh memiliki kesamaan dalam cara beradanya: tidak dapat
dilihat namun dapat dirasakan. Karena itu doa adalah roh manusia, sehingga
orang Kristen yang tidak berdoa adalah orang yang tidak bernafas, tidak memiliki
roh: manusia hidup yang sebenarnya mati!
Doa membuat orang hidup, dan sebaliknya tanpa doa orang tidak hidup. Sebab doa
adalah puncak dari bakti dan pujian serta penyampaian harapan kepada Allah
Sumber Kehidupan. Doa merupakan perbuatan tertinggi (bakti) yang dapat
dilakukan oleh roh manusia. Ini merupakan persekutuan dengan Allah selama
penekanannya diberikan kepada prakarsa
ilahi. “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya
dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24; bnd. Kej. 2:7). Kita percaya bahwa doa
hanya dilakukan oleh roh, sebab “apa yang dilahirkan dari daging, adalah
daging, dan apa yang dilahirkan dari roh, adalah roh” (Yoh. 3:6). Karena itu
doa merupakan kegiatan roh dan ketika kita berdoa kita harus yakin bahwa roh
kita sedang membangun hubungan yang lebih intim dan sangat dekat dengan Allah
yang adalah Roh. Itulah sebabnya Roma 8:26 mengatakan, “Demikian juga Roh
membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya
harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tak terucapkan.”
Oleh karena itu, doa adalah benar
hidup orang percaya, digambarkan sebagai nafas dan bertindak di dalamnya roh
kita sendiri yang ditolong oleh Roh Allah. Lalu bagaimana jasmani kita bisa
menembus dunia roh itu? Ini ditunjukkan dalam sikap yang diam, hening dan penuh
hormat sebab roh kita sedang “terhubung” dengan Roh Yang Mahakudus. Doa
melibatkan seluruh kegiatan jasmani kita, sebab seluruh gerak-gerik tubuh kita
menunjukkan apa yang sedang terjadi “di dalam” kita. Adalah baik dan benar dan
penuh hormat apabila kita diam dan hening ketika roh kita berbicara kepada Yang
Mahakudus. Begitupun keseluruhan hidup kita adalah
baik dan benar untuk tetap tenang, tenteram, saleh dan terhormat serta penuh
hormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.