22 Feb 2013

Lilitkanlah Pita Kuning Pada Sebatang Pohon Ek Tua


Dulu aku pernah membaca kisah di bawah ini, lalu menemukannya kembali dalam sebuah buku. Dengan senang hati aku menuliskannya untuk kita, kisah kasih pengampunan ini, serta link lagu di akhir cerita.

Sebuah surat kabar New York City mengisahkan cerita tentang sekelompok anak muda yang sedang bepergian dengan bus dalam suatu tamasya ke Florida. Dalam perjalanan, mereka melihat seorang pria berkulit hitam kelam, berumur setengah tua, mengenakan pakaian lusuh, dan tampak agak cemas duduk membungkuk di kursinya, dengan kepala menunduk.

Ketika bus itu berhenti di sebuah rumah makan di pinggir jalan raya, setiap orang keluar kecuali Vingo, demikian anak-anak muda itu menyapanya. Anak-anak muda itu ingin tahu tentang dia: dari mana ia datang dan ke mana ia pergi? Akhirnya, salah seorang anak gadis duduk di sampingnya dan berkata, “Pak, kita sedang menuju Florida, maukah engkau minum Coke?”

Ia meneguk sedikit dan berkata, “Terimakasih.” Sesaat kemudian ia mengisahkan riwayatnya.

Ia telah berlaku tidak baik terhadap keluarganya. Suami yang kasar, ayah yang pemarah, dan jarang pulang ke rumah. Ia melakukan banyak kejahatan hingga disekap dalam penjara New York selama tiga tahun. “Sementara saya tidak berada di rumah, saya menulis surat kepada istri saya jika ia tidak sanggup untuk menunggu, ia boleh melupakan saya. Saya mengatakan kepadanya tidak perlu bersusah payah menulis; dan ia tidak pernah menyurat.” Kemudian pria itu menambahkan, “Ia seorang wanita yang mengagumkan, sungguh baik, sungguh luar biasa.”

“Dan sekarang engkau sedang dalam perjalanan kembali ke rumah dan tidak tahu apa yang diharapkan, tidakkah demikian?” tanya gadis itu.

“Ya,” jawabnya, “engkau bayangkan, minggu lalu ketika pembebasan tiba, saya menyuratinya sekali lagi. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan datang dengan bus ini. Engkau akan lihat saat kita memasuki Jacksonville, tempat kami tinggal, dan di sana ada sebatang pohon ek besar. Saya mengatakan kepadanya seandainya ia menerima saya kembali, ia dapat mengikat sebuah pita kuning pada pohon itu dan saya akan turun dari bus dan kembali ke rumah. Jika ia tidak menghendaki saya lagi, lupakan saja dan saya tetap di dalam bus. Tidak ada pita berarti saya akan melanjutkan perjalanan.”

Gadis itu menceritakan kepada rekan-rekannya yang lain dan mereka segera ikut membantunya memperhatikan pohon ek itu. Mereka memandang potret istri dan anak-anak Vingo dan mereka semua bertambah cemas dan gelisah ketika mendekati Jacksonville.

Terasa sekali suatu keheningan dalam bus itu. Wajah Vingo tegang. Ia hanya duduk terpaku, menatap pohon ek yang sebentar lagi akan menentukan nasibnya. Kemudian sekonyong-konyong semua anak muda itu bangkit dari tempat duduknya, menjerit dan berteriak, memekik dan menari, kecuali Vingo. Ternyata, pohon itu telah ditutupi pita-pita kuning, sangat banyak jumlahnya. Pohon ek itu telah berubah menjadi umbul-umbul ucapan selamat datang. Ketika anak-anak muda itu berteriak, Vingo bangkit dari duduknya, melangkah ke bagian depan bus, melemparkan senyum kepada para sahabat mudanya itu lewat banjir air mata, lalu turun.

Jika suatu saat anda mendengar seseorang menyanyikan lagu “Tie a Yellow Ribbon Round the Old Oak Tree,” ingatlah kisah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang kita tulis merupakan apa yang kita katakan. Apa yang kita katakan keluar dari hati. Silakan berkata-kata dengan hati, sopan dan santun.